Madurazone.co, Pamekasan – Dugaan manipulasi data (mark up) jumlah siswa yang terjadi di Lembaga Pendidikan Tingkat Menengah terus menjadi sorotan aktifis anti korupsi Madura Kompak (MAKO).
Kali ini tidak luput dari perhatian lembaga tersebut adalah SMA PGRI Larangan Pamekasan. Hasil monitoring di lapangan sekolah tersebut sama sekali tidak ada aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti sekolah pada umumnya.
“Itu sudah bukan rahasia umum, bahkan Dinas Pendidikan sudah tau, tapi terkesan tutup mata. Kegiatan KBM nyaris tidak ada, tapi bantuan dari pemerintah tetap saja mengalir, ini kan lucu”. Ujar Akhmad Riadi selaku ketua umum Cso Madura Kompak.
Bahkan, untuk periode tahun ini saja kuota penerimaan anggaran dana bantuan operasional sekolah di SMA PGRI kurang lebih mencapai 27 peserta didik. Padahal faktanya di sekolah tersebut hanya ada dua sampai lima saja yang mengikuti KBM sudah untung.
“Harusnya dinas pendidikan segera ambil sikap, sebab jumlah siswa itu sangat menentukan. Baik bagi sertifikasi guru, maupun anggaran dana BOS, kalau muridnya tidak ada dan KBM tidak berjalan sebaiknya ijin operasionalnya gak usah terus diperpanjang, kalau perlu cabut,” ujar pria yang akrab disapa adie tersebut
Dia juga menambahkan dirinya akan terus melakukan kroscek di lapangan bahkan kalau nanti ada penyimpangan anggaran dengan membengkakan jumlah siswa dari jumlah aslinya, dirinya mengaku akan melaporkan masalah tersebut.
Kabid dikmen Moh Tarsun mengatakan kalau sekolah tersebut merupakan tempat menampung siswa yang dikeluarkan dari sekolah lain, dan sekolah tersebut sebelumnya dinilai sangat membantu.
“Ya sudah banyak tau kalau di SMA PGRI Larangan itu aktivitas KBM nya jarang, bahkan kami berinisiatif kalo izinnya tidak akan kami perpanjang. Sebab, dulunya sekolah itu sebagai vilial atau penampungan bagi siswa yang nakal dan dikeluarkan dari sekolah ya ditampung disana”. Jelasnya
Untuk diketahui SMA PGRI yang beralamat di desa montok kecamatan larangan tepatnya disebelah barat wisata talang siring tersebut tiap harinya hampir tidak ada kegiatan KBM dan siswa di sekolah tersebut hanya dua sampai lima orang saja sedang guru yang ada di sekolah tersebut kurang lebih sekitar 16 orang guru. (ri/yt)