Idul Adha, Tradisi Berkurban Sejak Nabi Pertama Adam AS

  • Whatsapp

Madurazone.co – Perayaan Idul Adha atau biasa disebut hari raya kurban bukan hal yang baru dilakukan umat Islam. Sejak sejarah kenabian dalam Islam sudah dilaksanakan, yakni sejak nabi pertama Nabi Adam Alaihissalam, meski masih secara esensi.

Yang jelas, perayaan kurban sebagai media untuk menjembatani nilai spritual manusia dengan tuhan. Kurban bukan hanya sebatas seremonial menghamburkan uang, melainkan dengan memperkokoh keimanan dengan nilai ketuhanan yang cukup tinggi. Kurban terus lestari hingga saat ini. Bahkan, di lakukan di seluruh dunia.

Muat Lebih

Hari raya qurban, selalu diidentikkan dengan pemotongan hewan kurban, baik unta, kambing, sapi, kerbau, atau pun domba. Zaman Nabi Adam AS, qurban dijadikan batu ujian dalam menyelesaikan ‘sengketa’ dua bersaudara, Habil dan Qabil. Ternyata qurban yang diterima adalah qurban-nya Habil, karena Habil mengurbankan hewan yang terbaik dengan hati tulus ikhlas.

Sementara Qabil, berkurban karena dilandasi ingin mengalahkan saudaranya Habil dan demi kepentingan dirinya pribadi. Allah menerima perwujudan qurban Habil. Peristiwa ini mengisyaratkan untuk memberikan yang terbaik dan melandasinya dengan keikhlasan hati.
 
Pada era selanjutnya, yang menjadi panutan umat Islam dalam berkurban, ternyata di masa Nabi Ibrahim AS. Pada masa itu, Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk mengurbankan anaknya terkasih Ismail AS. Ternyata perintah itu direspon positif oleh Ibrahim. Tanpa pikir panjang, tanpa ragu langsung menerima perintah Allah dengan rasa tulus dan ikhlas. Itu setelah Ismail juga menyetujui atas perintah sang Khaliq.

Singkatnya, prosesi kurban kemudian diilaksanakan. Namun, saat pedang stajam telah dihunuskan dan diletakkan di tenggorokan Ismail. Namun, Allah SWT menggantinya seketika dengan seekor hewan qurban yang gemuk. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Proses pergantian itu sebagai wujud kecintaan atas kepasrahan Ibrahim dan Ismail.

Kedua nabi ini dianggap lulus dari ujian cinta dan keterikatan duniawi. Cinta kepada Allah, ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT diletakkan segalanya di atas cinta kepada apa pun dan siapa pun juga di dunia ini. Allah SWT menjadi muara awal dan akhir kehidupan. Ini menjadi salah satu hikmah dari peristiwa ini.

Prosesi berkurban kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW, setiap hari Idul Adha membeli 2 ekor domba gemuk, bertanduk dan berbulu putih bersih. Setelah mengimami sholat dan berkhutbah, beliau melaksanakan sendiri prosesi qurban. Saat domba pertama dibaringkan untuk disembelih, beliau berkata “Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan ummat Muhammad”, lalu menyembelih hewan itu. Kemudian mengambil domba satunya, membaringkannya dan berdoa “Ya Allah, terimalah ini dari umatku yang tidak mampu ber-qurban”.(HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, Al-Turmudzi, dan lain-lain).

Dari hasil penyembelihan kemudian daging diberikan untuk Rasulullah dan keluarga beliau. Sedangkan sisanya semuanya dibagikan kepada orang-orang miskin. Melalui ibadah qurban, Baginda Nabi Muhammad SAW mendidik dan mengisyaratkan kepada kita semua, agar memperhatikan, peduli, dan mau berbagi kepada sesama manusia, terlebih lagi kepada yang hidupnya dalam kesempitan, lara papa.
Secara harfiyah, qurban berasal dari kata qarraba yuqarribu, yang bermakna “mendekatkan”. Makna “mendekatkan” dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala syariat dan perintah-Nya, dan dengan mendekatkan diri kepada sesama manusia terkhusus lagi kepada mereka yang sengsara. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.