Madurazone.co, Sumenep – Tuntutan sosialisasi terbuka PT EML (Energy Mineral Langgeng) kepada masyarakat Tanjung, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Madura Jawa Timur kembali mecuat. Itu menyusul pembakaran gas oleh perusahaan dimaksud, beberapa waktu lalu.
Hal itu terungkap dari hasil RDP (Rapat Dengar Pendapat) antara DPRD, ESDA Setkab Sumenep, Pihak Desa, Kecamatan, SKK Migas Jabanusa, PT EML dan beberapa warga serta aktifis GMBI (Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia).
Versi warga melalui LSM GMBI menyatakan, PT EML selama ini belum melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sehingga, banyak warga yang tidak mengetahui dampak dari perusahaan minyak dan gas ini. Apalagi, munculnya pembakaran gas yang mengejutkan warga Tanjung itu. Akibatnya, warga terdampak resah.
“Selama ini memang tidak ada sosialisasi dari pihak PT EML kepada warga. Sehingga, saat ada insiden pembakaran gas, warga sangat panik dengan kondisi itu. Itu kami yang kami sesalkan,” kata Kholid, Ketua GMBI.
Hal yang sama diungkapkan warga RT 14 Desa Tanjung Salamet Citro. Menurutnya, Sosialisasi itu penting agar masyarakat tahu. Selama pihaknya mengklaim tidak ada sosialisasi. “Masyarakat ini perlu tahu terkait perusahaan ini. Termasuk juga dampaknya, termasuk insiden ini, ” tuturnya.
Pada kesempatan itu juga terungkap terkait Amdal, UKL dan UPL yang dipertanyakan. Bahkan, forum nyaris bentrok setelah pihak warga pro EML terkesan “memojokkan” aktifis GMNI. Namun, hal itu berhasil dikondusifkan pimpinan sidang.
Departemen Operasi SKK Migas Jabanusa Indra Zulkarnain menjelaskan, pihak EML sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, meski hanya terbatas. “Soal jumlah kami tidak tahu berapa orang dari warga. EML yang tahu, ” ucapnya.
Kendati demikian, sosialiasi terbuka kepada masyarakat tetap dibutuhkan. Namun, EML juga sudah menyebar banner di sekitar lokasi ekplorasi. “Ya, sosialisasi terbuka tetap dubutuhkan, ” ucapnya.
Humas EML Nur Hidayat menjelaskan, sosiasliasi sudah dilakukan kepada masyarakat beberapa waktu lalu. Waktu itu ada 17 warga yang datang dalam sosisliasi itu. “Sosialisasi sudah dilakukan. Kami juga langsung silaturrahim kepada 75 orang, dari unsur aparat seperti Kaur, ” ucapnya.
Selain itu, terang dia, sebenarnya masalah itu kembali berkembang lantaran permintaan pembayaran ulang lahan yang disewa itu tidak dipenuhi pihaknya. “Makanya, pembakaran gas itu kemudian menjadi momen untuk kembali menuntut sosialisasi, ” tuturnya.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu warga juga mendesak sosialiasi dari PT EML. Sebab, masyarakat terdampak belum mengetahui dampak akibat ekplorasi migas on shore itu. (nz/yt)