Madurazone.co, Sumenep – Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep, Madura, Jawa Timur menghimbau petani agar menjual tembakau langsung ke pabrikan. Sebab, pihak gudang telah memastikan akan dapat menerima langsung “si daun emas” jika dijual ke gudang yang ada di Kota Sumekar ini.
Apalagi, pihak pabrikan belum mencapai target yang ditentukan di awal. Pabrik PT Giri Dipta Sentosa baru menyerap 1.314 ton dari target 2.300 ton. Sementara PT Surya Kahuripan Semesta baru menyerap 274 ton dari rencana target 3.000 ton dikarenakan tersendat dana. Kedua perusahaan ini adalah Perwakilan Gudang Garam di Kabupaten ujung Timur Pulau Madura.
Kemudian PT Gelora Jaya Sumenep, Perwakilan Wismilak baru menyerap tembakau sebesae 120 ton dari rencana 200 ton. Lalu, PT. Djarum Kudus Gudang yang ada di Pamekasan.
Kepala Dispertahortbun Sumenep Arif Firmanto menghimbau agar petani tidak panik atas kabar tembakau tidak laku. Sebab, pihak pabrik memastikan akan membeli hasil panen tembakau petani. “Serapan pabrikan belum mencapai target. Petani bisa langsung menjual ke pabrikan,” asalkan kualitas baik katanya.
Hanya saja, sambung dia, pabrikan masih memperioritaskan tembakau tegal gunung dan gunung. Catatannya, tembakau harus panen tua dan tidak dicampur dengan gula. “Pabrik masih komitmen akan melakukan pembelian tegal gunung dan gunung. Untuk tembakau sawah masih menunggu giliran dan kebijakan dari pabrikan,” tuturnya.
Harga yang dipatok?, Arif Firmanto menuturkan, soal harga tidak ada perubahan. Harga terendah tetap berada pada kisaran Rp 32 ribu. “Mayoritas tembakau petani terjual dikisaran Rp. 35 ribu sampai Rp. 37 ribu, dan harga tertinggi berkisar Rp. 45 ribu sampai Rp. 49 ribu. Artinya sampai saat ini Gudang atau pabrik masih komitmen,” tuturnya.
Menurutnya, pihak pabrikan saat ini melakukan tindakan preventif dengan memilah milih tembakau. Sebab, pengalaman yang terjadi ada tembakau panen muda yang dimasukkan oleh penebas dan bandul. Dan, juga banyak dicampuri dengan gula. “Makanya, jaga kualitas. Selama kualitas baik, pabrikan pasti membeli tembakau,” ucapnya.
Sedangkan untuk tembakau sawah, Arif mengatakan, sejak awal dinas sudah menghimbau petani agar tidak menanam tembakau di lahan sawah lantaran pabrikan menginginkan kriteria tembakau yang berasal dari tegal gunung dan gunung, walaupun kenyataannya pada tahun yang lalu tembakau sawahpun akhirnya juga dibeli oleh pabrikan.
Untuk itu, Arif kembali menegaskan agar masyarakat tidak panik dan resah dengan adanya harga yang beredar dilapangan, karena pihak pabrikan pasti akan beli dengan harga yang sudah ditentukan. Asal kualitas dijaga oleh petani, utamanya tegal gunung dan gunung. “Kami minta para penyuluh untuk mendata dan memonitoring tembakau yang sudah panen dan yang masih ada di lahan. Tidak ada istilahnya produk yang sudah jadi, tidak terjual bila kualitasnya bagus,” tukasnya. (nz/yt)