Anggaran Desa Belum Bisa Atasi Kekeringan

  • Whatsapp

Madurazone.co, Sumenep – Keberadaan Dana Desa (DD) yang digelontor ke Sumenep, Madura, Jawa Timur harus mampu ikut atasi kekeringan. Sebab, di sejumlah wilayah kota Sumekar terjadi kekeringan, bahkan ada wilayah kering kritis.

Tahun 2019 plafon DD untuk Kabupaten Sumenep sekitar Rp123 miliar. Dengan plafon anggaran yang cukup besar ditambah ADD, maka pagu bantuan yang dikelola oleh desa rata-rata diatas Rp1 miliar lebih. Ternyata belum ada anggaran yang berdampak atasi kekeringan.

Muat Lebih

Kekeringan yang melanda itu tidak hanya di kecamatan daratan, namun juga kepulauan seperti yang dialami sebagian warga Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, mereka harus membeli yang dipasok dari pulau lain.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep menjelaskan, keberadaan DD harusnya memberikan dampak dalam mengatasi kekeringan. Yakni, saling bersinergi dengan desa lain untuk memenuhi kebutuhan air saat musim kemarau. Sehingga kebutuhan air di desa tertentu bisa terpenuhi.

“Kita upayakan antar desa, ini merupakan program kami dalam jangka panjang,” kata R. Rahman Riadi, Kepala BPBD Sumenep,

Pola pemenuhan kebutuhan air itu kata dia bisa menggunakan dana desa (DD). Sesuai aturan, DD bisa digunakan untuk penanggulangan bencana salah satunya kekeringan.

Dengan begitu, maka desa yang memiliki sumber mata air bisa melakukan kerjasama dengan desa yang krisis air bersih ketika musim kemarau. “Sesuai Permendes (Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi) itu (DD) boleh digunakan untuk bencana,” jelasnya.

Selain itu, kerjasama antar desa juga bisa dilakukan dalam pengadaan sarana. Semisal pengadaan tandon air, sebab hasil evaluasi yang dilakukan, jika pola pendistribusian dilakukan dengan cara manual dengan cara drigen dijejer saat pendistribusian, maka droping air yang dilakukan sangat lambat.

Namun, jika tandon air sudah tersedia maka pendistribusian akan semamakin cepat. “Sekali droping kami kirim 6 ribu liter, kalau memakai pola tradisional maka membutuhkan waktu 1,5 jam. Tapi, kalau tandon air sudah ada, pendistribusian hanya butuh 15 menit. Sehingga prosesnya lebih cepat untuk bergerak ke daerah lain, kami kira ini efektif,” jelasnya.

Selain ada upaya membantu antar desa, kata dia juga bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan desa melalui PADes. “Itu bisa diatur nanti di APBdes,” tegasnya.

Sesuai data BPBD, terdapat 27 desa yang rawan kekeringan, 10 desa masuk kekeringan kritis dan 17 desa lain masuk zona kekeringan langka. (nz/yt)

Pos terkait