Oleh: NIA KURNIA FAUZI
Hati saya terhentak, mendengar dunia heboh dengan penyebaran virus corona atau covid 19. Ia hadir tak hanya sekadar menularkan penyakit, namun ia muncul bak “malaikat maut” yang siap mencabut nyawa seseorang. Otomatis, kepanikan rasa takut dan was-was terus menghampiri insan dunia. Pilu, sedih, dan perih rasa ini dengan kejadian yang sudah masuk sebagai Pandemi dunia ini.
Indonesia pun tak luput dari serangan virus. Ribuan orang menjadi korban virus yang mulanya berawal dari Wuhan, Cina ini. Data sebaran covid di Nusantara, untuk yang positif mencapai 9771, dirawat sebanyak 7596, sembuh 1391, dan warga yang meninggal akibat virus ini mencapai 784. Data sebagaimana dirilis media suara. com per haei Kamis, 30 April 2020 pukul 09.18. Angka ini tentu cukup tinggi.
Tingginya angka ini membuat panik se nusantara. Sebab, ia memiliki dampak signifikan di berbagai sektor. Dari sektor birokrasi, banyak anggaran yang akhirnya harus tersedot dalam penanganan covid 19, termasuk dana pusat yang diperuntukkan ke daerah. Akibatnya, pembangunan bisa saja tersendat, dan harus dipendam pengembangannya di tahun 2020 ini. Sektor ekonomi tentu juga berdampak. Secara global ekspor impor juga tersendat, sehingga pasokan dan distribusi bisa “macet”.
Dalam konteks lebih kecil, kehidupan masyarakat juga menjadi taruhan. Ada banyak warga yang sudah tidak bekerja, ada yang karena PHK, usaha macet, baik kecil maupun menengah. Bahkan, virus ini bisa menghadirkan kaum miskin baru di Indonesia. Dipastikan juga akan berdampak pada ranah sektoral, daerah khususnya di Kabupaten Sumenep ini.
Ditengah kegelisahan ini, maka dituntut setiap orang untuk selalu menekankan kesalehan sosial, bukan hanya sekadar kesalehan individu atau ritual. Apalagi, Pandemi ini menyerang bertepatan juga dengan pelaksanaan Ibadah puasa. Kesalehan sosial identik dengan rasa kepedulian kepada nilai Islami yang bersifat sosial. Ia mampu berempati dengan perasaan dan kondisi orang lain. Sehingga, selalu memerhatikan kondisi saudara, sahabat, tetangga, dan warga lain yang ada di lingkungan Nusantara ini.
Maka dengan kesalehan sosial yang dimiliki, diyakini akan mampu memberikan rasa berbagi dengan sesama, utamanya yang terdampak covid 19. Hal itu bisa berupa bantuan berbuka puasa, sembako atau dengan lainnya yang bisa meringankan beban saudara kita ini. Sehingga, warga kesulitan warga dalam pemenuhan sandang dan pangannya bisa teratasi. Sebab, ini menjadi tugas bersama.
Memang, belakangan ini sudah banyak warga yang berempati dengan kejadian ini. Dengan memberikan bantuan kepada sesama.. Dan, itu bisa dilihat secara kasat mata. Tentu langkah ini perlu didukung dan terus dikembangkan sebagai bentuk kesalehan sosial sejati. Dengan ini, masyarakat akan menjadi tenang, dan damai dalam menjalankan Ibadah puasa.
Di konteks lain, pemerintah, baik pusat maupun daerah juga harus berempati dengan merealokasi anggaran untuk bantuan kepada warga terdampak. Yakni, anggaran yang disediakan tidak hanya sekadar untuk pencegahan, alat kesehatan dan lainnya. Melainkan, harus disediakan anggaran yang langsung menyentuh kepada masyarakat, berupa bantuan, semisal Bantuan Langsung Tunai (BLT) itu.
Hari ini, yang perlu dipikirkan bersama, jangan sampai ada warga yang tidak makan, dan tidak bisa memenuhi kehidupannya. Maka, kita jangan sampai cuek dengan kondisi yang ada. Sebab, berbagi itu bagian dari anjuran Islam yang harus dilaksanakan. Mari bergotong royong dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Bantuan bagi terdampak sangatlah dibutuhkan.
Sebenarnya, kesalehan sosial, empati kepada sekitar bisa terlaksana jika kesalehan Individual, berupa ritual itu dijalankan dengan benar. Hubungan vertikal yang baik, akan menghadirkan horisontal yang baik pula, hablum minallah dan hablum minannash. Tidak ada dikotomi di antara keduanya, karena sudah mengikat dan terikat. Udkhulu Fissilmi kaffah.
Oleh karena itu, jangan sampai ada rasa lelah untuk mempraktekkan kesalehan sosial ini di bulan suci Ramadhan. Teruslah bergerak untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Saudara, tetangga dan kerabat menjadi tanggungjawab kita yang memiliki kelebihan rezeki. Mari bersama berbagi untuk kesejahteraan bersama.
*Anggota DPRD Sumenep.