Madurazone. SUMENEP – Rencana putaran laga sepak bola untuk kasta 1, 2 dan 3 yang akan digelar Oktober 2020 direspon Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Sumenep, Madura, Jawa Timur. PSSI Kota Sumekar juga tak mempermasalahkan kompetesi itu dihelat.
Tentunya, kompetesi itu akan digelar di tengah pandemi covid 19. Maka dipastikan akan banyak masalah dan rintangan. Salah satunya mengenai kesehatan pemain dan juga kemampuan finansial club olahraga bergengsi itu.
“Semangat kita hari ini adalah menyongsong Piala Dunia U-20 tahun depan. Tentu, kompetisi baik digulirkan, tapi harus dengan perhitungan matang. Utamakan keselamatan,” kata Hairul Anwar, Ketua Askb PSSI Sumenep, Selasa,
Minggu, 28 Juni 2020, Federasi sepak bola Indonesia, PSSI resmi memutuskan kompetisi Liga 1, 2 dan 3 Indonesia musim 2020 bergulir kembali mulai Oktober 2020.
Kepastian kompetisi tersebut melalui penerbitan Surat Keputusan bernomor SKEP/53/VI/2020 tentang Kelanjutan Kompetisi dalam Keadaan Luar Biasa tahun 2020.
Namun kompetisi dimasa pendemi covid 19 ini tentu memerlukan biaya yang cukup mahal, utamanya dalam pemeriksaan kesehatan.
Hairul mencontohkan, setiap pemain dan official harus melakukan tes seminggu sekali, sementara biaya tes membutuhkan biaya yang cukup besar. “Bayangkan saja misalnya kita ada 25 pemain, melakukan rapid test sebelum dan sesudah laga, Rp 300 kali 25 orang kali 2, itu sudah Rp 15 juta. Lalu kalikan berapa kali laga,” katanya.
Dengan biaya tersebut lanjut Hairul, dinilai sangat memberatkan jika pemeriksaan dibebankan pada pada club. “Bagi klub amatir seperti di Liga 3, biaya tes beban yang lumayan berat,” jelasnya.
Di samping itu, lanjut Manager Perssu Sumenep, mayoritas klub profesional Indonesia pemasukan klub masih bergantung pada hasil tiket pertandingan. Misal, laga tanpa penonton atau jumlah penonton dibatasi, akan seperti apa finansial klub.
“Tentu kami meyakini PSSI dan operator liga sudah memperhitungkan semua itu. Karenanya, kalaupun kompetisi akan bergulir, mari semua mematuhi semua prokol kesehatannya. Jangan sampai satu orang reaktif, lalu satu klub dikrantina,” tutur pengusaha muda itu. (nz/yt)