Madurazone. SUMENEP – Pekerjaan plengsengan atau dinding penahan tanah pada proyek lanjutan jalan Hotmix Lingkar Utara, Sumenep, Madura, Jawa Timur dipersoalkan. Pasalnya, pekerjaan tersebut disinyalir tidak sesuai dengan RAB (Rencana Anggaran Belanja).
Indikasinya, penggunaan batu pada Plengsengan tersebut menggunakan batu gunung, yang diduga kepadatan diragukan. Sebab, dilihat warna batu dicurigai mirip dengan batu urugan yang tidak padat. Padahal, idealnya kepadatan batu tersebut harus maksimal, supaya tidak mudah lapuk.
Hal tersebut diungkapkan Aktifis LSM GASAK Hendri Kurniawan. Menurutnya, hasil pantauan di lapangan pihaknya menemukan penggunaan batu gunung yang kelihatannya kepadatannya tidak maksimal. “Seperti terlihat batu urugan yang biasa dijadikan untuk bahan penimbunan,” katanya kepada media ini.
Padahal, sambung dia, idealnya penggunaan batu gunung itu yang kepadatannya maksimal, tidak mudah rapuh. “Jadi, meski dicampur semen, tapi kalau tidak keras, maka bisa saja tak bertahan lama, karena lapuk. Otomatis, bisa mempengaruhi struktur plengsengan. Atau bahkan bisa cepat rusak,” ungkapnya.
Mantan aktifis Malang ini, keberadaan plengsengan itu cukup vital, agar penahan jalan hotmix itu. Maka, jika tidak maksimal, bisa berakibat fatal. “Kami harap ini perlu dilakukan kajian dinas PU Bina Marga. Pekerjaan itu harus sesuai RAB. Apalagi, proyek ini anggarannya gede mencapai Rp 22 miliar,” tuturnya.
Kabid Pembangunan DPU Bina Marga Hariyanto Efendi menjelaskan, pembangunan itu sudah sesuai dengan RAB, yakni penggunaan batu gunung pada plengsengan tersebut. “Memang menggunakan batu gunung kok dalam RAB nya,” katanya kepada media ini melalui sambung telepon Watshapp.
Menurutnya, sepintas batu tersebut tidak padat. Tapi, setelah dilakukan pemecahan ternyata cukup keras. Itu diketahui saat pihaknya melakukan sidak ke lapangan. “Ternyata batu gunung yang dipakai bagus, tidak ada rongganya, dan kapadatannya juga bagus. Itu sudah kami cek. Jadi, tidak ada masalah,” pungkasnya. (nz/yt)