Dinilai Janggal, Pekerjaan Pembangunan Lapangan Futsal Desa Talango Disorot

  • Whatsapp

Madurazone. SUMENEP – Pembangunan lapangan futsal di Desa/Kecamatan Talango, Sumenep Madura, Jawa Timur dipersoalkan. Pasalnya, bangunan melalui Dana Desa (DD) itu belum tuntas pekerjaanya, sementara anggaranya disinyalir sudah cair hampir seratus persen.

Padahal idealnya, pencairan DD itu disesuaikan dengan progres pekerjaanya, tidak bisa sekaligus. Di mana dalam mekanismenya, DD itu dicairkan terlebih dahulu 40 persen, tahap 2 juga 40 persen, sementara untuk sesi terakhir sebesar 20 persen. Sehingga, jika dicairkan sekaligus bisa berpotensi melanggar aturan.

Muat Lebih

Pembangunan lapangan futsal ini menggunakan DD sebesar Rp 450 juta di tahun 2021 ini. Sementara progres pekerjaanya diperkirakan baru dikerjakan kurang lebih 50 persen. “Hasil investigasi kami, pekerjaanya kurang lebih 50 persen saja,” kata DPD LAKI (Laskar Anti korupsi Indonesia) Jatim Bagus Junaidi.

Anehnya, sambung dia, meski pekerjaan belum selesai dananya sudah terserap hampir seratus persen. Yakni, sekitar Rp 396 juta. “Dan, itu tidak melalui tahapan termin 40,40, 20 persen sesuai dengan regulasi yang ada. Kami menduga ada kejanggalan,” ungkapnya.

Dengan kondisi ini, menurut Edy -sapaan akrab Bagus Junaidi, ada dugaan pelanggaran peraturan yang dilakukan pihak desa. “Pertanyaan kami, kemana uang itu yang sudah terserap 396 juta, pekerjaanya baru sampai 50 persen. Siapa yang menggunakan uangnya,” ungkapnya serius.

Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan pengawalan atas dugaaan kejanggalan pembangunan gedung futsal ini. “Kami terus mengumpulkan data. Ini menyangkut uang negara maka wajar jika dipertanyakan cukup dalam. Apalagi bukan uang receh, hampir setengah miliar,” tuturnya.

Pj Kades Talango, Arif mengatakan mengakui adanya pembangunan lapangan futsal ini. Namun, pihaknya menegaskan jika lapangan itu diusulkan atas inisiatif kades lama sebelum jabatannya berakhir. ” Nah, RAB dan anggaran sudah ada, tinggal menjalankan saja,” katanya.

Saat pekerjaan itu jalan, pihaknya mengaku kesulitan, sehingga meminta bantuan rekanan. Namun, saat berjalan juga mundur dan diserahkan kepada pihak lain. “Saat saya dimutasi semua itu langsung diserahkan kepada TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) untuk dilanjutkan,” ungkapnya. (nz/yt)

Pos terkait